Pandemi covid-19 menyebabkan berbagai anjuran baru, misalnya memakai masker, menjaga jarak, dan menjauhi kerumunan. Anjuran untuk tetap menjaga kesehatan juga terus digaungkan, salah satunya mengkonsumsi suplemen atau vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Masyarakat dihimbau cerdas untuk memilih dan menggunakan suplemen yang sesuai dengan porsi tubuh mereka.
Industri suplemen makanan mulai dilirik para investor lantaran saat ini berbagai penyakit baru bermunculan, terutama disebabkan oleh virus yang menyerang usus. Salah satu virus yang menyebabkan usus mengalami infeksi dan dapat menular ke orang lain yakni Norovirus. Norovirus adalah jenis virus yang dapat menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi.
Dari industri obat-obatan dan farmasi, mereka berlomba-lomba berinovasi menciptakan suplemen atau vitamin untuk membantu menjaga kekebalan tubuh. Banyak negara turut berinvestasi dalam industri ini. Startup mikrobioma atau suplemen makanan, tengah menjadi fokus investor yang tertarik dalam hal kesehatan dan farmasi.
Beberapa modal ventura di luar negeri dilaporkan telah menginvestasikan dana mereka ke startup mikrobioma. Menurut mereka, kemajuan dalam pengurutan DNA dan teknologi terkait akan mengantarkan era baru yang lebih kredibel dalam pembuatan kapsul probiotik. Kapsul tersebut berisi ekstrak tumbuhan dan suplemen nutrisi lainnya untuk menjawab kebutuhan pasar.
Salah satu pemilik modal yang turut menginvestasikan dananya yakni Roelof Botha, Managing Partner Sequoia Capital tersebut tertarik dengan perkembangan startup mikrobioma saat ini. Hal tersebut dibuktikan dengan investasinya ke Pendulum, salah satu startup yang menjual suplemen probiotik di San Fransisco, AS. Selain itu, Sequoia juga menanamkan modalnya pada perusahaan 23andMe, perusahaan pengujian genetika yang berfokus pada kesehatan usus.
Menurut PitchBook (firma riset yang melacak investasi startup) pada tahun 2021, Sequoia telah menginvestasikan US$ 488 juta di startup probiotik dan suplemen lainnya di seluruh dunia, lima kali lipat dari yang mereka investasikan lima tahun sebelumnya.
Secara keseluruhan, suntikan dana yang diberikan tahun lalu masuk ke 99 kesepakatan pendanaan terpisah. Termasuk investasi dari raksasa farmasi dan makanan, tetapi juga dari elit Silicon Valley yang tidak berasal dari dunia bioteknologi.
Di Indonesia sendiri, industri farmasi merupakan sektor yang menjanjikan. Karena permintaan yang meningkat, pemerintah menambahkan industri alat kesehatan dan farmasi ke dalam daftar sektor prioritas untuk melaksanakan program Making Indonesia 4.0. Pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan daya saing industri alat kesehatan dan farmasi dengan mendorong penerapan transformasi digital berbasis teknologi.
Terlebih startup farmasi yang bergerak dalam pengadaan suplemen dan vitamin di Indonesia jumlahnya masih tidak sebanyak startup teknologi dan e-commerce. Hal ini menjadi peluang bagi para investor di Indonesia untuk melirik potensi investasi baru yang berfokus pada perkembangan teknologi mikrobioma.
JAVATEKNO
Kharisma Muzayyana