Facebook dan Google sedang merencanakan pembangunan kabel internet bawah laut. Tujuannya tidak lain untuk menghadirkan internet yang lebih cepat sehingga bisa menjangkau lebih banyak negara.
Minggu lalu, Facebook mengatakan bahwa mereka membantu membangun kabel sepanjang 7.500 mil yang menghubungkan negara-negara termasuk Jepang, Indonesia, Filipina, dan Taiwan.
Melansir New York Post, Kamis (19/8/2021), proyek berjuluk 'Project Apricot' ini diharapkan meluncur pada 2024 dan akan membantu menghadirkan internet 4G, 5G, serta broadband yang lebih baik di wilayah-wilayah ini.
"Kabel Apricot adalah bagian dari upaya berkelanjutan kami untuk memperluas infrastruktur jaringan global. Dan melayani lebih dari 3,5 miliar orang di seluruh dunia yang menggunakan layanan kami setiap bulan." kata Nico Roehrich, Manager of Network Investments Facebook, mengutip dari CNET.
Mereka nantinya akan melengkapi kabel laut lain yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Amerika Utara, dan diluncurkan Maret tahun ini bekerja sama dengan beberapa perusahaan telekomunikasi Asia.
Sampai saat ini, Facebook dan Google belum mengungkapkan berapa biaya yang mereka habiskan untuk Project Apricot. Namun, kabel ini berpotensi membawa akses internet ke jutaan pelanggan baru.
Pada hari Senin pekan ini, Facebook juga mengatakan mereka akan memperluas proyek kabel bawah laut sepanjang 23 ribu mil yang akan mengelilingi seluruh benua Afrika dan menghubungkan Eropa.
Kabel bernama 2Africa itu dirancang untuk menghubungkan 26 negara termasuk Nigeria, Afrika Selatan, Uganda, serta Republik Demokratik Kongo.
Bloomberg juga melaporkan Facebook telah menambahkan Angola dan negara-negara kepulauan Seychelles dan Komoro di Samudra Hindia ke dalam proyek 2Africa.
Untuk 2Africa, Facebook menggandeng perusahaan telekomunikasi Tiongkok China Mobile dan MTN Group dari Afrika Selatan.
Mereka mengatakan, perluasan proyek itu bertujuan untuk membawa lebih banyak orang di Afrika terhubung dengan internet. Council of Foreign Relations melaporkan, hanya 40 persen penduduk di benua itu yang memiliki akses internet.
Di 2016, kala berusaha membawa internet ke Afrika, Facebook membangun satelit senilai US$ 200 juta untuk memancarkan internet ke benua itu. Mereka menyewa SpaceX untuk peluncuran satelit tersebut, namun roket itu meledak di landasan.
Bloomberg melaporkan, dalam beberapa tahun terakhir, Facebook dan Google sendiri berada di belakang sekitar 80 persen dari semua investasi kabel bawah laut dalam trans-Atlantik .