Pengguna smartphone di Indonesia sangat antusias menyambut kehadiran jaringan generasi kelima (5G) sebagai dukungan di era percepatan digital. Jaringan 5G diklaim memiliki kecepatan unduh (download) mencapai 516 MBps, sedangkan kecepatan unggah (upload) diklaim mencapai 79,7 MBps. Dengan kecepatan yang super cepat membuat jaringan yang baru saja rilis di Kota Solo ini menjadi primadona banyak orang. Namun, ada saja pihak-pihak yang menyebarkan kabar hoaks seputar jarigan 5G.
Dilansir dari unggahan akun Twitter Kementerian Komunikasi dan Informatika @kemkominfo, Senin (21/6/2021) menyebutkan beberapa hoaks beserta faktanya terkait jaringan 5G
1. Hoak : Covid-19 Bukan Virus, Melainkan Radiasi 5G
Terdapat unggahan yang menyatakan pemerintah Italia membedah mayat pasien Covid-19 dan menyatakan Covid-19 bukan virus dan dikatakan virus itu adalah salah satu penipuan sangat besar, di mana yang terjadi sebenarnya mayat pasien Covid-19 yang meninggal disebabkan oleh “Amplified Global Electro magnetic Radiation (Poison).
Faktanya : Kementerian Kesehatan Italia tidak pernah membuat pernyataan tersebut. Dilansir AFP Fact Check, 9 Juni 2020 lalu juru bicara Kementerian Kesehatan Italia menyatakan narasi itu hoaks.
2. Hoak : Virus Covid-19 Disebabkan oleh Jaringan 5G
Faktanya gelombang radio tidak dapat menciptakan atau menyebarkan virus Covid-19
3. Disinformasi Ratusan Burung Mati karena Jaringan 5G
Faktanya dari laman Pemerintah Den Haag, burung-burung mati akibat virus dan tidak berkaitan dengan jaringan 5G.
Sementara itu, menurut postingan salah satu pengguna Facebook dengan nama akun Catherine Scarborough menyebarkan hoak bahwa kawat di masker sekali pakai merupakan antena 5G. Faktanya, kawat di dalam masker berfungsi untuk menyangga hidung agar masker lebih nyaman digunakan.
Itulah beberapa hoaks beserta faktanya terkait kehadiran jaringan 5G di Indonesia. Perbanyak literasi dan jangan mudah percaya terhadap berita yang belum tentu kebenarannya.