Linux merupakan sistem operasi yang paling banyak digunakan hingga saat ini sebagai infrastruktur internet seperti CCTV, sensor, mesin medis, mesin industri, smart TV, hingga smartphone yang juga menggunakan Linux yaitu Android.
Sama halnya dengan Windows, bedanya adalah Linux berlisensi gratis dan opensource sehingga bebas untuk dikembangkan dan didistribusikan. Namun, Linux dan Windows memiliki pasar yang berbeda.
Linux diciptakan hanya untuk dipakai di belakang layar (dipasang di infrastuktur) dan bukan untuk dipakai di perangkat user akhir (end user) seperti Windows. Linux cocok dipakai oleh mereka yang suka inovasi baru yaitu para developer sistem.
Google Project Zero baru-baru ini melakukan penelitian yang menemukan bahwa platform Linux mengalahkan Microsoft Windows dan Apple macOS dalam tingkat keamanan operasi sistem. Maksudnya, pengembang Linux mampu lebih cepat memperbaiki kelemahan keamanan daripada yang lain (Windows dan Apple macOS).
Programmer ope-source Linux mampu mengatasi bug rata-rata dalam 25 hari saja. Tidak hanya mengatasi bug saja, melainkan mereka juga menambal kelemahan yang muncul.
Kembali pada tahun 2019, diketahui bahwa pengembang menambal kekurangan dalam waktu satu bulan. Namun sekarang, mereka sering menyelesaikan perbaikan bug dalam waktu dua minggu.
Hebatnya, pengembang Linux lebih cepat memelihara sistem keamanannya daripada tim internal Google sendiri.
Waktu rata-rata yang diperlukan Microsoft untuk memperbaiki kerentanan keamanan adalah hampir 3 bulan. Sedangkan dalam periode yang sama, Apple membutuhkan waktu sekitar 69 hari, Google 44 hari, dan Mozilla sekitar 46 hari untuk mengatasi bug tersebut.
Peringkat yang lebih tinggi bukan karena Linux sepenuhnya aman. Sebaliknya, itu karena developer yang memelihara platform bekerja keras untuk memperbaiki kelemahan keamanan yang muncul.
Linux disebut lebih aman daripada sistem operasi lain, dikarenakan ia memiliki pengembang dari seluruh dunia untuk meninjau kodenya dan memastikan tidak ada bug dan back door.