Limbah merupakan kotoran atau sampah yang dihasilkan dari akhir pemrosesan bahan-bahan kimia pabrik atau rumah tangga yang sudah tidak memiliki nilai atau tidak berharga.
Berdasar sifatnya, sampah dibedakan menjadi sampah organik, yakni sampah yang mudah membusuk dan terurai, sehingga dapat diolah menjadi kompos, dan sampah anorganik, yakni sampah yang sulit untuk membusuk dan terurai.
Wujud dari sampah sendiri biasanya berbentuk barang yang dibuang oleh pemiliknya. Seperti botol minuman, kaleng, daun kering, kertas, plastik, dan lain-lain.
Permasalahan sampah hingga saat ini menjadi masalah global. Sebagian besar menurut orang awam, sampah memberikan dampak negatif. Penanganan sampah yang kurang tepat akan memberikan dampak buruk khususnya bagi kesehatan masyarakat di sekitarnya.
Terutama sampah plastik yang susah terurai, jika dibiarkan di daratan akan menyebabkan pencemaran tanah, dan jika dibiarkan di lautan akan menyebakan pencemaran air. Selain itu, sampah plastik yang berada di laut juga berbahaya bagi hewan laut, karena mereka akan berpikir sampah tersebut adalah makanannya.
Sebagai kontribusi atas permasalahan ini, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) berkolaborasi dengan startup pengelolaan sampah, yakni PlusTik, untuk mendaur ulang limbah kartu perdana dan cangkang SIM card berbahan plastik di wilayah Bali.
Limbah kartu perdana dan cangkang SIM card tersebut nantinya akan diolah menjadi perahu, blok trotoar atau pavement blocks, dan alat pemegang ponsel atau smartphone holder. Hal ini juga merupakan bentuk dukungan terhadap pembangunan berkelanjutan yang menjadi salah satu pembahasan utama pada forum G20.
Saki Hamsat Bramono selaku Vice President Corporate Communications Telkomsel mengatakan bahwa pihaknya telah mengumpulkan limbah cangkang SIM card sejak dua bulan lalu dari seluruh operator telekomunikasi di wilayah Bali.
"Ada 3000 outlet di Bali yang menjual SIM card. Kami meminta tenaga penjual yang rutin mengantar SIM card baru untuk sembari mengumpulkan sampah SIM card di setiap outlet," ujar Saki dalam peluncuran Program Corporate Social Responsibility (CSR) 'Telkomsel Jaga Bumi' di Badung, Bali, Kamis (20/10/2022)
Ke depannya, Telkomsel berencana untuk mengumpulkan sampah cangkang SIM card dari 330 ribu outlet reseller di seluruh Indonesia.
Untuk selanjutnya, limbah kartu perdana dan cangkang SIM card tersebut dikumpulkan di salah satu gudang milik PlusTik di Denpasar, Bali. Kemudian, akan diolah menjadi barang baru. Beberapa di antaranya adalah pavement block, smartphone holder, bahkan perahu.
Program Telkomsel Jaga Bumi merupakan salah satu inisiatif CSR yang membuka peluang bagi masyarakat agar dapat terlibat langsung dalam menjaga kelestarian bumi melalui upaya-upaya kolaboratif. Langkah ini juga mengacu pada prinsip Environment, Social, and Governance (ESG) dalam setiap perusahaan.
PlusTik sendiri merupakan startup yang mempunyai tujuan untuk mengurangi sampah plastik rendah nilai tanpa dipilah dari tempat pembuangan akhir (TPA). Kemudian, sampah plastik rendah nilai tersebut diolah untuk dijadikan barang baru yang tidak sekali pakai. Tempat operasi PlusTik saat ini berada di TPA Galuga Bogor dan mengambil sampah plastik rendah nilai hingga 5 ton per harinya.
Reza Hasfinanda selaku Founder dan CEO PlusTik mengatakan, pihaknya mengapresiasi inisiatif Telkomsel untuk mengurus limbah produksinya sendiri, di tengah pihak lain yang sibuk menyelesaikan masalah limbah botol plastik.
"Saat ini masih pilot project, ke depan kami akan terus lanjutkan," ujar Reza. .
Prinsip environment, social, and governance (ESG) yang diterapkan oleh PT Telkomsel ini patut untuk dicontoh perusahaan-perusahaan lain. Prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk mengikuti berbagai kriteria tertentu agar memiliki dampak positif dalam bidang lingkungan, sosial kemasyarakatan, dan tata kelola usaha.
Dalam mengolah kembali limbah atas produknya sendiri, PT Telkomsel dan PlusTik berupaya untuk mengubah stigma negatif bahwa sampah dari kartu perdana dan SIM card tidak memiliki nilai jual. Berusaha untuk mengurangi sampah plastik memang langkah yang benar, tetapi alangkah lebih tepat jika ikut bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan sendiri agar mempunyai nilai lebih dan tidak membuat pencemaran lingkungan.
Sekina, semoga bermanfaat:)