eFishery merupakan startup yang bergerak dalam bidang teknologi akuakultur dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas para pembudidaya ikan di Indonesia. Perkembangan teknologi dan inovasi telah berhasil membuat eFishery menggandeng lebih dari 20 pembudidaya ikan asal Cirebon.
Co-Founder dan Chief of Staff eFishery, Chrisna Aditya, menjelaskan bahwa “Misi kami adalah untuk memberi makan dunia melalui akuakultur, menjadikan akuakultur sebagai sumber protein hewani terbesar. Mimpi besar untuk menjaga kualitas pangan dan mengurangi kelaparan tentunya hanya dapat kami realisasikan jika kami tumbuh bersama dengan para pembudidaya." Jakarta, (5/11/2021).
Platform eFishery dirancang untuk mempermudah aktivitas budidaya ikan, mulai dari awal hingga akhir proses budi daya, juga menyediakan berbagai kebutuhan para pembudidaya, mulai dari akses terhadap pembelian pakan, penjualan ikan, hingga pengajuan permodalan.
Inovasi yang ditawarkan eFishery, menjadikan usaha budi daya ikan semakin berkembang. Seperti yang dialami Jimat Ali Santoso, pembudidaya milenial yang tergabung dalam kelompok Balong Sewu asal Cirebon.
Pembudidaya ikan lele ini mengatakan bahwa ia sudah menggunakan teknologi eFishery selama lebih dari satu tahun. “Saya sudah mengerjakan lahan ini sejak tahun 2019. Saya pertama mengenal eFishery tahun lalu, kemudian saya mulai mencoba menggunakan eFisheryFeeder,” ujar Jimat.
Jimat menambahkan sejak menggunakan teknologi eFisheryFeeder, produktivitas kolamnya meningkat. “Setelah satu tahun ini bekerja dengan teknologi eFisheryFeeder, yang tadinya hasil panen hanya berkisar 800 kg per kolam sekarang meningkat menjadi 2-2,5 ton per bulan.”
Sebelum menggunakan eFishery, ia kesulitan dalam memberi makan ikan lele sebab perkembangan ikan tidak merata, sehingga membutuhkan waktu panen yang lama.
Selain itu banyak ikan yang tidak masuk kriteria pasar. Ternyata, pola makan yang tidak teratur dan belum merata menjadi faktor utama dalam menantikan kualitas produk ikan itu sendiri.
Pakan yang tidak tersebar secara merata di kolam membuat banyak ikan masih kelaparan. Sehingga, pertumbuhan ikan juga tidak merata.
“Cara kerja alat eFisherry memberikan makan ikan secara teratur dan lontarannya juga relatif jauh, sehingga ikan yang ada di kolam bisa makan semua,” tuturnya.
Selain itu, aplikasi yang dapat dikontrol melalui ponsel memudahkan dirinya dalam memberi pakan ikan. Menurutnya, pada era digital seperti saat ini, semua bisa semakin efisien. Diharapkan pendapatan para pembudidaya ikan juga bisa meningkat.
“Omzetnya juga meningkat sekitar 20 persen dibandingkan sebelum menggunakan alat ini, dan sekarang saya punya 7 kolam ikan” ucapnya.
Selain Jimat, ada lebih dari 3 juta pembudidaya ikan tersebar di seluruh Indonesia.
Melihat potensi yang cukup besar ini, eFishery secara konsisten melahirkan berbagai terobosan yang mampu mengakselerasi pertumbuhan industri akuakultur, contohnya dengan menciptakan aplikasi eFisheryKu.
Platform ini dirancang khusus untuk mempermudah aktivitas budidaya ikan, mulai dari awal hingga akhir proses budidaya. Aplikasi ini menyediakan berbagai kebutuhan para pembudidaya, mulai dari akses terhadap pembelian pakan, penjualan ikan, hingga pengajuan permodalan.
"Selain teknologi eFisheryFeeder, sekarang saya juga menggunakan layanan Kabayan (Kasih, Bayar Nanti). Jadi saya bisa beli pakan sekarang dan bayarnya nanti setelah saya panen. Prosesnya mudah dan praktis, hanya melalui aplikasi eFisheryKu,” tegasnya.
eFishery terus mengembangkan inovasinya dalam membantu para pembudidaya ikan dan udang di Indonesia. Hingga kini, produk dan layanan eFishery telah menjangkau 70.000 kolam di seluruh Indonesia dan meningkatkan pendapatan pembudidaya hingga 45 persen.
Chrisna mengungkapkan, “Kami ingin menciptakan ekosistem yang inklusif, sehingga siapa saja, termasuk pembudidaya milenial seperti Pak Jimat, dapat sukses berbudidaya dengan dukungan yang diberikan oleh eFishery.”
Chrisna juga menjelaskan bahwa prospek industri akuakultur semakin berkembang pesat ketimbang sektor makanan berbasis hewani lainnya.
Dari data yang dihimpunnya, laju tangkapan ikan laut cenderung stagnan, dimana pertumbuhannya hanya tiga persen. Di sisi lain, akuakultur tumbuh 21 persen selama enam tahun terakhir sehingga prospek industri ini semakin cerah karena potensinya sangat besar di Indonesia