Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki wilayah pesisir sangat yang luas dengan garis pantai lebih dari 81.000 km. Selain itu, wilayah pesisir pantai dilengkapi ekosistem pendukung seperti ekosistem hutan bakau, terumbu karang, hamparan rumput laut, dan lahan basah, serta berbagai sumber daya alam seperti keanekaragaman hayati dan ikan, serta bahan mineral berharga.
Akses transportasi yang memadai ke daerah pesisir dalam beberapa tahun terakhir membuat nilai sosial dan ekonomi wilayah pesisir semakin meningkat.
Pada tahun 2014, penelitian dari Food and Agriculture Organization (2016) menyampaikan bahwa, Indonesia menempati peringkat ke-2 dari 10 negara peringkat teratas produksi akuakultur setelah China dengan total produksi akuakultur kurang lebih sebesar 14.330,9.
Jenis potensi budidaya akuakultur di Indonesia dibedakan menjadi 2, yakni laut (marine) dan darat (inland). Yang termasuk komoditas marine culture yakni udang, lobster, rumput laut, ikan tuna, ikan kakap, dan ikan bintang. Sedangkan, untuk komoditas inland culture yakni budidaya air tawar dan air payau, seperti ikan nila, patin, bandeng, kerapu, dan ikan mas.
Adanya sumber daya ini disertai teknologi yang berkembang pesat membuat startup di Indonesia turut hadir pada sektor akuakultur. Salah satunya yakni DELOS yang berfokus pada budidaya udang.
DELOS berhasil mengembangkan aplikasi AquaHero yang memudahkan petambak memantau dan meningkatkan produktivitas tambak udang mereka berbasis pada data. Aplikasi ini terdiri dari gabungan antara sains, teknologi, dan manajemen operasional.
Sejauh ini, aplikasi AquaHero telah diterapkan pada tambak-tambak udang yang tergabung dalam komunitas DELOS.
"AquaHero menggunakan metode pengumpulan data modern dan metode sains mutakhir untuk memperkirakan treatment yang dibutuhkan sekaligus untuk meminimalisir risiko dalam budi daya udang," kata Guntur Mallarangeng, CEO DELOS.
Hingga kini, DELOS telah mengelola ratusan hektar area tambak udang secara intensif dan super intensif yang tersebar di berbagai kota di wilayah Indonesia.
Dari keseluruhan tambak yang telah dikelola, mereka berhasil meningkatkan produktivitas hasil panen udang hingga dua kali lipat dari sebelumnya. Selain itu, perusahaan juga berhasil mencegah penyakit pada udang berkat tes kualitas air yang rutin dilakukan setiap hari. Dari segi biaya produksi, perusahaan terus memantau biaya operasional agar lebih efisien.
Selain aplikasi AquaHero, DELOS juga memiliki DELOS Maritime Institute (DMI). DMI merupakan salah satu program DELOS mengenai pengembangan sumber daya manusia yang diharapkan dapat mencetak dan membangun sumber daya manusia yang berkompeten dan profesional dalam mengelola budidaya udang sehingga akan mampu meningkatkan produktivitas tambak di Indonesia dengan menggunakan sumber daya manusia yang dimiliki, agar mampu mengakselerasi industri maritim dan akuakultur Indonesia melalui Revolusi Biru.
Kriteria yang masuk sebagai peserta DMI yakni lulusan/fresh graduate/mahasiswa semsteer akhir dan S1/D3 program studi Perikanan/Kelautan/Kimia/Biologi/Mikrobiologi. Namun, saat ini DMI memberi kesempatan kepada anak kolam dan anak nelayan yang tertarik untuk mempelajari bidang akuakultur, khususnya budidaya udang.
Hal ini semua dilakukan untuk mencapai ambisi dari DELOS yakni menjadikan Indonesia sebagai produsen udang terbesar di dunia. Untuk mewujudkannya, diperlukan teknologi digitalisasi untuk mendukung produksi udang yang lebih efektif dan efisien. Pengembangan sumber daya manusia melalui DMI juga memberi kesetaraan kepada seluruh anak bangsa yang mempunyai minat dalam bidang akuakultur untuk menyalurkan ide dan mengembangkan potensi mereka.